Minggu, 03 Mei 2009

My fam on May 04 2009

Hari Senin 04 Mei 2009, aku awalin dengan senyuman. Thanks Allah,hari ini kami mengawali semua aktivitas dengan penuh kasih sayang,kasih sayang yang tercurah antara aku dan suami,aku dan Tedja babyku dan sebaliknya. Kasih sayang kami begitu besar.
Hmmm...
Hari ini seperti hari2 biasa,kami memulai aktivitas masing2.Tapi hari ini Tedja badannya agakmeriang,makanya mama pesen ma mbak kalo hari ini Tedja ga usah dimandiin tapi dielap aja. Takut pileknya tambah jadi,he...
Jam 8 pagi mama telp mbak nanyain gimana keadaan Tedja,alhamdulillah Tedja ga rewel dan mau makan pagi. Thanks ya Allah,atas semua karuniamu.
Semoga kami bisa melewati hari ini dengan sebaik mungkin dalam mencari ridhoMu.

Jumat, 09 Januari 2009

Duka Gaza, Suka Siapa...

Duka Gaza, Suka Siapa...


"Kami akan meningkatkan serangan, sampai kelompok Hamas terlucuti, hingga kedamaian kembali ke kawasan ini." Begitulah tekad Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, dalam beberapa kesempatan sejak Israel melancarkan gempuran udara-darat-laut ke wilayah Gaza, Sabtu pekan lalu. Hamas terlucuti? Kedamaian kembali?Israel mestinya berkaca pada lembaran-lembaran yang belum usang benar. Pertama, tahun 1982, saat menggempur Beirut. Israel bertekad menghabisi para pejuang pembebasan Palestina (PLO), dengan klaim "hanya dalam beberapa hari". Nyatanya, hingga berpekan-pekan, operasi tak tuntas. PLO malah kian solid. Dan Israel justru dikecam warga dunia, yang hingga kini tak bakal melupakan tragedi pembantaian ribuan pengungsi Palestina, di kamp Sabra dan Satila.Kedua, Juli-Agustus 2006, saat membombardir (lagi-lagi) Beirut dan Lebanon Selatan. Perdana Menteri Ehud Olmert meminta waktu "hanya beberapa hari" untuk menghabisi kelompok Hizbullah. Nyatanya operasi berlangsung lebih sebulan, dan keburu dihentikan oleh resolusi PBB sebelum tujuan tergapai. Hizbullah sendiri, alih-alih lenyap dari bumi Lebanon, malah semakin populer ke seantero jagad. Di Timur Tengah, kelompok ini dianggap berjasa merontokkan "ruh al-istislam" alias jiwa gampang menyerah bangsa Arab saban menghadapi keangkuhan Israel. Apa yang digapai Israel? Tak lain hanya kutukan warga dunia sebagai pembunuh lebih 1.400 warga Lebanon. Di negerinya, Ehud Olmert dikecam habis, karena tak mampu memenuhi janji menghabisi Hizbullah. Seperti lupa berkaca, Israel kini melancarkan gempuran ke Gaza, guna menumpas kelompok Hamas. Ada keraguan, kisah masa lalu tak berulang. Benci atau marah pada Hamas, wujud kelompok ini adalah refleksi dari mayoritas warga Palestina, yang pada pemilu parlemen 2006 memilihnya ketimbang Fatah. Militansi Hamas (yang kemudian dicap Israel sebagai teroris), pun tak bisa lepas dari perlakuan Israel terhadap warga Palestina dalam dua dekade terakhir. Rasanya muskil bagi Israel menghapus Hamas dari bumi Palestina. Lebih lagi dengan mengerahkan kecanggihan senjata, menghadapi roket-roket "rumahan" Hamas. Karena bumi Palestina yang digempur, kelompok Fatah yang dulu membenci pun, kini membela Hamas--hal yang juga dialami Hizbullah saat Israel membombardir Lebanon. Dan, ketika layar kaca atau suratkabar saban hari memamerkan nestapa warga Gaza, bagian dunia mana yang tidak ikut berduka? Israel menjadi sasaran empuk amarah warga dunia, termasuk Indonesia. Krisis dan persoalan dalam negeri sejenak dilupa. Kekejaman Israel dihujat, kenakalan Hamas melontarkan roket dianggap tak mengapa. Akankah Israel bersuka dan kedamaian kembali ke kawasan ini seperti ditekadkan Ehud Barak? Yang terjadi malah sebaliknya. Konflik di kawasan memanas, bahkan bisa merembet jika Israel tak segera menghentikan serangan. Israel rupanya melupakan pengalaman masa lalunya, padahal kerap diingatkan, bahkan oleh para cendekiawan negerinya sendiri. Tragedi holocaust yang kemudian melatari pendirian Israel, mestinya tidak ditimpakan pada warga Palestina. Israel mestinya tidak berdiri di atas prasangka dan ketakutan pada tetangganya, dengan membangun keangkuhan senjata atas nama pertahanan diri. Israel mestinya baik-baik dan memberikan hak hidup yang sama pada tetangganya, seperti pada warganya.

Mauluddin AnwarProduser Liputan 6 Petang

Minggu, 21 Desember 2008

HANYA ADA SATU IBU

Bertepatan haru Ibu, artikel ini sekedar mengingatkan, posisi sebenarnya seorang ibu.
" Met Hari Ibu ya, semoga kita menjadi ibu yang smart, wise & dicintai keluarga"

Hanya Ada Satu Ibu

Ibu Jepang dianggap ibu terbaik karena sepenuh harinya tercurah untuk membesarkan anak. Istri yang mengorbankan karier memilih tugas domestik saat anak masih perlu di dekatnya dinilai ibu yang bijak.Bagi anak, tak cukup hanya ibu bijak. Tak cukup hanya bisa menyusui. Sebagai ibu, perlu punya lebih dari hanya naluri (nature). Supaya anak yang dibesarkan berkualitas, peran sebagai ibu perlu diisi (nurture). Adagium hari depan bangsa di tangan ibu masih belum berganti. Sedang anak tak mungkin memilih siapa ibunya.Mandat di pundak ibuBeratnya ibu karena di tangan ibu bakal seperti apa anak akan menjadi. Setiap ibu memikul mandat membesarkan anak agar menjadi berkualitas. Anak mewarisi bibit unggul saja belum jaminan anak menjadi insan berkualitas kalau saat kehamilan tak dirawat, persalinan tak lancar, dan tak cukup diberi gizi. Setiap ibu perlu muatan semua bekal itu.Sayang, tidak setiap ibu mumpuni sebagai ibu. Kesehatan berkorelasi dengan pendidikan. Bagaimana perut anak bakal sehat sampai dewasa kalau bayi belum cukup umur selain susu, bayi sudah diberi macam-macam karena ibu tidak tahu. Bagaimana otak anak bisa tumbuh optimal kalau ibu tidak tahu tak ada kesempatan kedua mencukupi protein buat otak sebelum anak berumur dua tahun. Siapa memberi tahu ibu bagaimana membesarkan anak secara benar?Selain ketidaktahuan, membiarkan mitos dan takhayul berkembang menjadikan ibu keliru membesarkan anak. Bayi lahir cacat hanya karena kurang vitamin, bentuk malapetaka bangsa. Vitamin B6, asam folat, zat besi, misalnya, sebetulnya murah dan terjangkau. Tapi ibu tak tahu kalau itu sampai terjadi bikin bayi sumbing, atau tabung saraf tulang belakang tak menutup.Bayi lahir cacat bukan sumber daya manusia berkualitas. Ibu hamil anemia yang sebetulnya juga tak perlu terjadi, merongrong kehamilan, persalinan, mengancam nyawa dan kualitas anak yang dilahirkan. Ongkos ketidaktahuan seperti itu harus dibayar mahal.Lebih mahal lagi kalau anak salah asuh salah didik. Anak yang setelah dewasa menyimpang pikir, rasa, dan lakunya karena ibu (orangtua) salah membentuknya. Anak yang terbiasa dipukul kelak akan menyelesaikan urusan dengan cara memukul (”pukul dulu, urusan belakangan”).Atau anak yang dari kecil sering dicela menjadi dewasa yang rendah diri. Anak yang kecilnya ditekan akan beringas dan agresif. Anak yang dibesarkan salah persepsi seksualnya, berisiko dewasa yang berdeviasi seksual. Sekadar keliru mendidik anak balita buang air (toilet training) saja pun berpotensi menyisakan trauma seksual berkelanjutan.Maka kalau lahir generasi yang ”sakit”, hampir pasti karena dibesarkan oleh ibu yang kebanyakan ”tidak sehat”. Ibu ”tidak sehat” kebanyakan lebih sebab ketidaktahuan. Termasuk ibu tidak memikirkan dirinya sendiri. Sakitnya ibu bikin pincang roda keluarga. Untuk menjadi ibu yang mumpuni, tak perlu sekolah dokter dan menjadi ahli psikologi.Sekolah menjadi ibuPendidikan kesehatan sekolah kita masih minim. Selain belum mencerdaskan hidup sehat, belum pula memberdayakan anak perempuan mampu melakukan peran sebagai ibu yang mumpuni. Kesan saya (dari memberikan seminar kepada ibu-ibu muda, dan mengasuh rubrik kesehatan di media) wawasan sehat para ibu tahun 1980-an tak jauh beda dengan ibu sekarang. Masih ada ibu level sarjana yang percaya telur bikin anak bisulan, atau beranggapan bayi sehat itu bayi yang montok, makan ikan bisa cacingan.Lebih menyedihkan karena kegiatan posyandu sudah kendur. Dulu ompongnya pengetahuan kesehatan ibu masih ditambal oleh kehadiran posyandu. Ancaman kecacatan, penyakit, dan gagal tumbuh kembang anak yang tak perlu terjadi masih bisa dihindarkan.Selain sudah tak ada posyandu, tidak semua ibu membaca. Televisi dan radio juga tak penuh menambah wawasan sehat ibu. Solusi masalah besar kesehatan kita lebih pada memberdayakan rakyat. Lebih pada membangun kesehatan dasar (primary health care). Bagaimana sejak di hulu rakyat diberdayakan tidak sakit, agar di hilir anggaran tak habis buat belanja obat. Termasuk memberdayakan ibu sejak masih di hulu.Para calon ibu disiapkan melakukan eloknya peran. Ini bagian kegiatan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan yang terkait dengan itu. Saatnya pembangunan dirancang berwawasan ibu. Mungkin diperlukan sekolah, kursus, atau apalah yang mempersiapkan setiap perempuan mumpuni sebagai seorang ibu.Bukan saja urusan anak, kualitas keluarga juga di tangan ibu. Nasib kesehatan keluarga ditentukan oleh meja makan ibu. Kemampuan ayah dan anak kelak membatalkan kejadian terserang jantung atau stroke juga ditentukan oleh isi meja makan ibu. Betapa sentral peran ibu bagi keluarga dan bangsa. Ibu yang menuliskan garis tangan hari depan anak. Elok tidaknya hari depan anak tergantung seberapa abai negara memberdayakan setiap perempuan siap melakukan peran mumpuni sebagai ibu. Hari ini belum terlambat kita merenungkannya, lalu melakukan sesuatu. Anda betul. Hanya ada satu ibu.

HANDRAWAN NADESUL Dokter; Penulis Buku Kesehatan Anak, Ibu, dan Perempuan

Jumat, 19 Desember 2008

Saturday, Dec 20 2008

hmm...
as always, today and the after yesterday and etc...
fiuuu....
morning glory... already at the same place to proceed regular conditions as previous days....
di kantor againn booo'.....
capee dehhhh....

Pertumbuhan Ideal Pada Anak

Pertumbuhan Ideal Pada Anak

Pertumbuhan fisik anak, diukur antara lain dengan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK). Salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tsb, adalah dengan menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart).
Selama ini, terjadi kesalahpahaman seputar BB anak. Fenomena di masyarakat, anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Sebaliknya, anak yang kurus diartikan kurang gizi, sakit, dll, sehingga memberikan kesan buruk bagi orangtua (di sisi lain, setelah remaja, pandangan di masyarakat menuntut bentuk tubuh langsing sebagai bentuk tubuh ideal).
Kesalahpahaman seperti ini adalah salah satu penyebab obesitas pada anak, dimana penyebab obesitas lainnya adalah pola makan yang salah (pola makan tinggi lemak sedikit serat), faktor genetik, kebiasaan makan yang kurang sehat dalam keluarga (variasi makanan terbatas, nonton sambil makan, kebiasaan makan makanan cepat saji) dan masalah kesehatan (gangguan fungsi hormon). Solusi untuk obesitas ini, yaitu dengan meningkatkan aktivitas anak, mengubah cara pandang dan membentuk pola makan yang sehat.
Kebalikan dari obesitas, kurus pada anak dapat juga terjadi. Penyebabnya adalah, pertumbuhan TB>BB (sehingga anak tampak kurus), aktivitas tinggi (asupan nutrisi cukup), asupan nutrisi kurang, faktor genetik, dan growth failure (masalah kesehatan).
Pengukuran Yang Akurat1. BB (berat badan) Gunakan teknik yang tepat Gunakan selalu timbangan yang sama
2. TB (tinggi badan) dan LK (lingkar kepala) Gunakan teknik yang tepat Gunakan calibrated length board
Grafik Pertumbuhan (Growth Chart)Adalah grafik yang menunjukkan pola pertumbuhan seorang anak dengan >7 kurva persentil (5th,10th,25th,50th,75th,90th dan 95th). Ket: persentil 50th adalah rata-rata nilai pada umur tsb.
Bagaimana Mem plot Grafik Pertumbuhan? Kumpulkan data pengukuran BB,TB,LK yang tepat dan akurat Pilih chart yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin Gunakan alat bantu seperti penggaris segitiga agar akurat, untuk menghubungkan BB, TB, dan LK dengan umur
Membaca Grafik Pertumbuhan1. Persentil menunjukkan persentase nilai pada umur tsb dari suatu populasi. Misalnya, seorang anak memiliki BB di persentil 20th, berarti 80% dari anak-anak sebayanya memiliki berat di atas anak tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb.
2. Fokus pada pola atau trend dari grafik yang terbentuk (paling baik jika pola yang terbentuk bergerak ke atas/trendnya naik, tidak stagnan, juga tidak meningkat atau menurun dengan tajam). Bukan terfokus pada angka-angka persentil.
Besar atau rendahnya persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah. Seorang bayi yang memiliki lingkar kepala persentil 90th dapat memiliki BB dan TB di persentil 90th. Ini berarti dia termasuk anak normal yang berperawakan besar. Sebaliknya, anak yang memiliki BB di persentil 20th bisa jadi memiliki orangtua yang tinggi dan beratnya juga di bawah rata-rata. Jadi sangat normal jika sang anak berada pada persentil 20th.
Ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada kurva paling ekstrim (di luar dari semua kurva). Sebagai contoh, seorang anak memiliki BB di bawah persentil 5th, maka ia dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang). Sedangkan anak dengan BB di persentil 85th akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas) dan mereka yang memiliki BB di persentil di atas 95th digolongkan dalam obesitas.
Grafik pertumbuhan dapat juga memberikan kesan yang salah tentang kondisi pertumbuhan anak kita. Contohnya, seorang anak memiliki TB di persentil 5th. Bukan berarti ia memiliki masalah kesehatan. Apalagi jika pola grafik atau trend kurvanya menunjukkan bahwa ia memang selalu berada di kurva persentil 5th (sejak bayi hingga kini, sang anak selalu berada dalam kurva persentil 5th). Analisanya, bisa jadi sang anak mendapatkan gen „pendek“ dari sang orangtua yang juga pendek.
Jika BB anak stagnan atau menurun (mostly untuk infant/anak <1th), DSA umumnya mendiagnosa sbb:1. Infeksi saluran kemih (sering terjadi pada infant, lebih sering terjadi pada perempuan)2. TBC (diuji dg beberapa jenis tes, tes mantoux positif bukan berarti ada infeksi TBC)3. Malabsorpsi4. Gagal tumbuh (growth failure)
Sumber: Makalah Seminar Pesat 3, oleh Luluk Lely Sorayahttp://www.growtall.com/growth-charts2.htmDirangkum dan ditulis ulang oleh Devita Umardin

Hallo everybody...

hai semuanya,

salam kenal ya dari mama tedja

thanks,
mama tedja